Inilah Tips Memilih Sekolah SD Kelas 1 Terbaik
di Jakarta
Bulan Oktober merupakan bulan
bersejarah bagi para Mom yang anaknya masih TK B atau K2 (istilah TK B untuk
international school). Di bulan Oktober dan November biasanya merupakan
pembukaan pendaftaran murid SD kelas 1, yang dilakukan banyak sekolah di
Jakarta. Orang tua yang tidak cepat tanggap, biasanya akan tertinggal informasi
pembukaan dan penutupan pendaftaran siswa tersebut. Bisa dibayangkan, seperti
halnya pembukaan pendaftaran BPK Penabur SD kelas 1 Sunrise Garden, dilakukan
di awal Oktober, dan ditutup dalam sekejap.
Banyak sekali orang tua murid yang
ingin mendaftar yang kaget. Bisa dibayangkan, orang tua murid sedang berpikir
keras, di mana putra atau putrinya akan menempuh jenjang SD yang terbaik, namun
kenyataannya pendaftaran sudah pada tutup. Pihak sekolah menyatakan formulir
sudah laris keras terjual, dan sebagai info, mereka hanya menyediakan 2 kelas,
dimana 1 kelas sudah full dengan anak anak lama yang berasal dari TK BPK
Penabur Sunrise Garden.
Tidaklah kita berpikir bisnis
sekolah demikian lakunya, untuk masuk SD kelas 1 BPK Penabur saja hingga
mengantri seperti antri sembako, dan malah tidak dapat sembakonya karena sudah
habis. Mengapa demikian? Karena SD kelas 1 merupakan titik nadir pendidikan
anak kita sebelum melalui SMP, SMA, kuliah. Semakin basic atau dasar pendidikan
anak kita bagus, semakin mudah mereka melalui pelajaran di jenjang lebih
tinggi, dan juga lebih mudah untuk meraih universitas terbaik seperti diterima
di universitas ternama seperti UI (Universitas Indonesia), ITB, Nanyang, NUS,
UNSW, Melbourne Univ, British Columbia, atau berbagai universitas top ten dunia
di US atau UK. Dan juga syukur syukur merupakan pasport untuk mendapat
beasiswa.
Sebenernya ranking 1 SD di Jakarta
sekolah mana sih? Berdasarkan data hasil UN, SD IPEKA Puri merupakan sekolah
yang berhasil menggolkan muridnya untuk dapat perfect score di semua nilai UN
(Ujian Nasional SD). Meski hingga dapat dikatakan IPEKA Puri sebagai the Best
di Jakarta. Kemudian diikuti dengan (saya lupa urutannya) peringkat UN sebagai
berikut SD Al Azhar, SD BPK Penabur di jalan pembangunan, SD BPK Penabur
Sunrise Garden, Santa Ursula, Tunas Muda, dll. Untuk data pemeringkatan UN,
banyak sekolah international jauh di bawah sekolah nasional. Hal ini
dimungkinkan karena untuk persiapan UN biasanya sekolah international hanya
mempersiapakan dalam 7 bulan, dan kendala bahasa karena dari SD kelas 1
menggunakan bahasa inggris, meski ada materi bahasa indonesia juga.
Teliti punya teliti, ternyata ada 4
pilihan orang tua memasukkan SD kelas 1 untuk anaknya, yakni pertama SD sekolah
swasta yang menggunakan kurikulum nasional, sekolah ini seperti BPK Penabur
yang banyak cabang, Tarakanita, Santa Ursula, Al Azhar, Lab School, IPEKA,
Kemurnian, Ketapang, Theresia, Belarminus, Regina Pacis, MH Thamrin dan
berjubel sekolah swasta lainnya. Pilihan kedua, yakni sekolah negeri yaitu
banyak sekali pilihan sekolah negeri SD favourite. Pilihan ketiga, SD
berkurikulum International, seperti Bina Bangsa School, Gandhi, Bina Tunas
Bangsa, Tunas Muda, Binus, Sekolah Pelita Harapan, JIS, National High, High
Scope, JIS, Raffles, SIS (Singapore International School), Springfield, IPEKA
International, BPK Penabur International, ACS (Anglo Chinese School) Tiara Bangsa,
Global International, Global Sevilla, Central. Pilihan terakhir sekolah dengan
gabungan kurikulum nasional dan international, seperti halnya Santa Laurensia,
BPK Penabur Sunrise Garden dimana mereka mempelajari kurikulum nasional dan
international sekaligus.
Bingung kan? Terlalu banyak pilihan.
Pertama Mom akan berpikir, berapa sih uang sekolahnya dan uang pangkalnya SD
tersebut? Untuk SD sebagai gambaran untuk sekolah nasional seperti IPEKA
dikenakan uang sekolah hampir 2 juta rupiah per bulan + uang pangkal 20 an
juta. Untuk sekolah sekolah swasta lainnya ya +/- hampir sama dengan IPEKA.
Namun pastinya ada yg lebih mahal, maupun lebih murah juga sih. Sedangkan untuk
Sekolah International, uang sekolahnya jangan ditanya, cukup selangit, rata
rata 5 juta-7 juta perbulan, dengan uang pangkal berkisar antara 50-70 juta
(berdasarkan survey uang sekolah dan uang pangkal sekolah Bina Bangsa School,
SIS, IPEKA International, Gandhi, Tunas Muda, Binus Simprug, Raffles rata rata
segitu). Namun ada juga sekolah international agak murah seperti Binus Serpong,
rumornya hanya 2-3 juta per bulan, dan juga Springfield. Untuk sekolah seperti
SPH, JIS, dan Global, harganya seperti rudal mencapai langit (Sebagai gambaran
untuk SMA, rumornya uang sekolah bulanan JIS 70 juta per bulan).
Kira kira orang tuanya kerjanya
apaan ya? Yang pasti merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Ada
rumor, peminat yang mendaftar JIS antri beras, sehingga harus diundi. Bayangkan
70 juta rupiah aja masih diundi. Orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke
sekolah international harus berpikir 10 kali, yakni uang sekolah 5-7 juta per
bulan. Uang les pelajaran sekolah seperti matematika, science (fisika, kimia,
biologi), les bahasa mandarin, les bahasa inggris, terkadang les music. Belon pembantu,
untuk makan dsb. So jadi gaji orang tuanya budgetnya harus berapa ya? Kalau
punya anak 3, kira kira berapa budgetnya. Kalau tidak les, hasilnya sudah pasti
aduhai jelek, kalaupun bisa survive nilainya pas pasan, dan tidak mendapat
nilai maksimum secara konstan. Jadi Mom akan pusing sekali, mikirin budget.
Kenapa sih International School mahal bangat? Denger denger, pelajaran
International School tidak sedalam sekolah nasional?
Coba pikirkan, anak sekolah di
sekolah nasional rp 2 juta, plus les inggris 1 juga, plus les mandarin kira
kira bisa 3 hingga 3.5 juta totalnya per bulan spendingnya. Kalau sekolah
international, sebulan 5 juta sudah include tiap hari dapat materi inggris dan
mandarin, so sudah didrill tiap hari seperti les lesan. So selisih 1.5
juta/bulan, tinggal Mom pikir apakah ok atau tidak menyekolahkan anaknya di
sekolah international? Kalau ditimbang timbang, btw kalau sekolah
international, bayar uang pangkalnya lumayan irit, sebagai contoh, pas SMP
bayar uang pangkal hanya sekali, namun bayar uang pangkal tersebut sudah
include SMP + SMA, dimana kalau dikalkulasi, hampir mendekati uang pangkal
sekolah nasional kalau digabung SMP+SMA. Selain itu ada sekolah seperti Bina
Bangsa yang offer kelas percepatan dimana SMP+SMA hanya 5tahun sehingga irit
bayar uang sekolah setahun.
Kedua, jaringan network business
untuk masa depan anak harus juga dipikirkan. Anak yang sekolah international,
sudah barang tentu orang tuanya berkemampuan tinggi, dompet tebel. Kalau anak
kita lulus sekolah, dan punya jaringan network, kalau mau jualan apa, enak.
Plus kalaupun jenjang karir seperti gini “ kamu kerja aja deh ama papa saya di
bidang telekomunikasi” nanti pas masuk langsung jadi direktur, tidak lagi harus
menempuh dari dasar seperti pegawai paling bawah. Connection is very important
tentunya. Faktor lainnya, sekolah international / international school banyak
yang offer ijazah yang sudah diakui seluruh dunia seperti Cambridge, HSC, IB
(International Baccalaureate) Diploma Program, dan kurikulum AP. Sehingga anak
kita diakui diseluruh dunia. Mau kerja dimanapun, mau di Hongkong, di Jepang,
di Afrika, di Eropa, diterima. Tentunya dengan income yang WOW super high
dicompare dengan anak anak yang lulusan sekolah nasional. Tambahan lagi, dengan
lulus SMA kurikulum Cambridge atau IB, maka anak anak dengan mudahnya masuk
universitas, bahkan tanpa harus mengikuti karantina harus join foundation atau
college, yakni langsung go to university sehingga untuk lulus lebih cepat
dibanding anak anak dengan kurikulum nasional yang harus mengikuti program
penyetaraan, sehingga lebih lama lulus, dan boros karena harus bayar school fee
dan biaya hidup. Dengan memilih sekolah international, anak kita juga bisa cas
cis cus inggrisnya selancar bule, plus mandarinnya selancar orang hongkong/singapore/China
sehingga mereka tentunya dominan memegang peranan bisnis / puncak pimpinan
suatu perusahaan nasional/ multinational karena kemampuan bahasanya sangat
tinggi. Sedangkan anak lulusan sekolah nasional akan kesulitan di dalam bahasa inggris,
tidak fluent, sehingga mengikuti pelajaran kuliah di luar negeri tidak
seoptimal anak anak lulusan sekolah international / international school. Para
Mom tentunya sudah tau, orang dengan kemampuan bahasa lebih dari 2, memiliki IQ
di atas rata rata dari yang lain.
Trus apalagi sih kelebihannya? Kan
katanya pelajaran sekolah international pelajaran Mathnya dan Sciencenya lebih
rendah dari nasional? Apakah benar??? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Tinggal
Mom yang memilah. Kalau jawabannya tidak, karena gambarannya gini deh, integral
merupakan matematika yang diajar di SMA kelas 3 untuk sekolah nasional, namun
untuk sekolah international, banyak yang sudah belajar pada waktu SMP3, bahkan
SMP2. Bahkan trigonometri dan logaritma, diajarkan sudah semenjak SMP3.
Sedangkan untuk materi A level, soalnya aduhai sekali, banyak juara juara
sekolah nasional tidak dapat mengerjakannya. Sehingga biasanya para juara
sekolah maupun kelas sekolah kurikulum nasional yang mempersiapkan les test
masuk Nanyang Technological University (NTU) atau les test masuk NUS (National
University of Singapore) baru berasa, “ wah Ko, pelajaran sekolah nasional tuh
sebenarnya gak ada apa apanya ya dibanding Cambridge,
Banyak sekolah international yang
masih belum siap menyediakan SDM nya. Banyak yang ambil dari Philiphine, India,
Malaysia, Singapore, dan bule, dan kadang kadang gurunya lokal punya loh. Ada
yang salah ga? Banyak guru yang kualitasnya rendah, mungkin sangat sulit sekali
mendapatkan guru high quality, seperti mencari jarum dalam sekarung beras.
Majority sekolah international banyak ambil guru dari Philiphine. Kalau di JIS,
kalo gak salah 90 persen guru bule (kalo dilihat memang muridnya 80-90 persen
bule semua). Sedangkan guru di ACS 90 persen Singaporean. Di Binus campuran
Philiphine, India, bule, lokal bahkan ada dari Afrika. Banyak sekolah yang
kadang mau ambil high profit meng hire guru dengan low cost sehingga terkadang
keliatannya gurunya gak bisa ngajar. Terkadang kalau ditanya muridnya, si guru
malah bingung, padahal gurunya dari luar negeri. Kalau guru lokal ngajar di
sekolah internasional banyak diambil dari dosen.
Kalo dosen bagaimana? Tentunya
ngajarnya kaya ngajar anak kuliahan, pake power point, jarang kasih latihan.
Tau taunya quiz, trus quiznya karena gurunya gak terlalu familiar kurikulum
luar, dia pakai bahan kuliah yang diajarkan ke murid, dia anggap bahan
kuliahannya yang memang disadur dari buku math atau fisika ber bahasa inggris
kuliah cocok dengan kurikulum Cambridge atau IB. Hasilnya bagaimana? Banyak
yang gagal meski gak semua. Lebih parah lagi, banyak guru lokal yang mengajar
di international school bahasa inggrisnya jelek, sehingga saking malunya,
malahan ngajarnya pakai bahasa Indonesia. Ya, rugi dong, bayar mahal mahal,
trus gurunya pakai bahasa Indonesia. Ada 1 international school dimana guru
matematikanya guru lokal, saking kreatifnya untuk anak kelas 2 sma ulangan
matematika yang harusnya SL (grade standard) dikasih soal HL (grade High Level)
dan yang soal untuk universitas, sehingga di sekolah itu 1 angkatan hancur
semua, tidak ada satupun yang pass. Dan gurunya dengan santai bilang soalnya
dari soal HL (grade High Level), sehingga tidak adanya kontrol kepala sekolah akan
hal tersebut. Bahkan tak tau rumor darimana, ada beberapa sekolah menghire bule
yang di Australia atau Amerika yang sulit mencari pekerjaan alias pengangguran,
yang memang bidangnya bukan untuk mengajar, kemudian disuruh ngajar matematika
di indonesia. Bulenya otomatis ok karena digaji besar, dikasih mobil, dikasih
apartemen, dan dihormati di indonesia, dibanding di negeri asalnya sulit dapat
kerjaan dan dapat cemoohan dari orang lain. Memang sih kalau dipikir, kalau
bulenya bagus, gak mungkin ke Indonesia, karena yang high quality otomatis
maunya di negeri asalnya, tidak mau ninggalin keluarganya.
Dengan rendahnya kualitas pengajaran
tersebut, sehingga banyak sekali murid yang ikut join program les sekolah
international atau program les international school di Bimbel saya dengan
harapan orang tua ingin membuat anak anaknya sesuai standard international yang
sebenarnya (matching dengan kurikulum Cambridge atau IB atau HSC atau AP).
Namun bagaimanapun juga, kita tidak bisa stereotype (menganggap semuanya sama)
semua pengajar di sekolah sekolah international demikian. Dengan demikian, Mom
harus selektif memilih sekolah SD terbaik untuk anak anak Mom disesuaikan
dengan budget, life planning, dll karena pendidikan dasar merupakan fondasi
anak anak ke jenjang berikutnya. Dari pengalaman kalau dari SD nya ngajar
matematikanya sudah salah, nanti terbawa terus ke SMP dan SMA, dan sangat sulit
sekali untuk perbaikannya
0 comments :
Post a Comment