Pernah dengar istilah “Ada uang ada barang”? Dalam dunia pendidikan, saya menciptakan istilah serupa, “Ada uang ada sekolah”.
1. SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang
SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang berbeda dari sekolah bertaraf internasional yang banyak dikembangkan belakangan ini. SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang memiliki kurikulum internasional bernama International Baccalaureate. Kurikulum internasional ini menginduk pada International Baccalaureate Organization (IBO) yang bermarkas di Swiss. SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang didirikan pada tahun 1995 dan setahun kemudian langsung mendapatkan akreditasi A dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang kemudian diakui secara resmi sebagai bagian dari IB World School pada tahun 2005.
Seiring dengan pengakuan pemerintah sebagai sekolah bertaraf internasional, para siswa SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang tidak diwajibkan mengikuti ujian nasional. Ujian kelulusan dilakukan sesuai kurikulum internasional IBO. Beberapa mata pelajaran yang diajarkan di SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang bisa dihitung sebagai kredit dan tidak perlu diambil ketika memasuki perguruan tinggi karena program SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang sudah diakui secara internasional. SMA Pelita Harapan Lippo Cikarang membanderol biaya sekolah sebesar USD 9.000 per tahun atau Rp 80.680.000. Biaya yang harus dibayarkan dalam mata uang dolar Amerika itu mencakup biaya kegiatan ekstrakurikuler, komputer, buku, dan lain-lain.
2. SMA Ciputra Surabaya
SMA Ciputra Surabaya yang didirikan pada tahun 1996 ini juga menerapkan kurikulum International Baccalaureate, sama seperti SMA Pelita Harapan Cikarang. Pada 30 Oktober 2010, Badan Akreditasi Nasional memberikan akreditasi A untuk sekolah yang mempunyai gedung berlantai empat ini. Siswa SMA Ciputra Surabaya dikondisikan belajar secara nyaman dan tidak dituntut untuk selalu menghafal. Kelebihan sekolah ini adalah upaya penekanan pada nilai-nilai, dimana siswa-siswa dirangsang untuk menjadi pemikir, pencaritahu, komunikator, berani mengambil resiko, punya prinsip, peduli, berwawasan terbuka, dan reflektif.
Untuk menjadi siswa SMA Ciputra Surabaya, calon siswa harus memenuhi standar yang cukup tinggi, salah satunya adalah nilai TOEFL minimal 550. Di kelas I, siswa wajib mengikuti program Work Experience, yaitu magang di perusahaan selama seminggu. Program ini bertujuan untuk membentuk siswa yang berwawasan entrepreneurship. Siswa kelas II harus menyelesaikan program Personal Project yang sudah setara dengan skripsi di perguruan tinggi. Setelah itu siswa-siswa SMA Ciputra Surabaya masuk program penjurusan, yaitu Indonesian Programme atau Diploma Programme. Siswa-siswa Diploma Programme yang mengikuti kurikulum International Baccalaureate itu tidak diwajibkan mengikuti ujian nasional. SMA Ciputra Surabaya membanderol biaya pembangunan sebesar 40 juta rupiah dan SPP sebesar 4 juta rupiah per bulan.
3. SMA Global Jaya International School Tangerang Selatan
SMA Global Jaya International School Tangerang Selatan yang didirikan pada tahun 1998 ini memiliki 47 jenis kegiatan ekstrakurikuler. SMA GJIS Tangerang Selatan menerapkan kurikulum International Baccalaureate yang menekankan pada pengembangan diri, kematangan intelektual-emosional, dan melatih keterampilan sosial dalam kehidupan masyarakat global. SMA GJIS Tangerang Selatan mempunyai tenaga pengajar dari sejumlah universitas ternama di Pulau Jawa, bahkan ada beberapa tenaga pengajar asing dari Australia, Amerika Serikat dan Kanada.
Sistem pendidikan SMA GJIS Tangerang Selatan mengacu pada sistem Student Center dimana kegiatan belajar mengutamakan agar siswa lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Untuk menyaring siswa-siswa baru, SMA GJIS Tangerang Selatan melakukan dua seleksi. Ujian tertulis mencakup matematika, bahasa Inggris, dan tes kecakapan. Sedangkan ujian wawancara dilakukan untuk mengetahui motivasi dan penguasaan bahasa asing calon siswa. Setelah diterima di SMA GJIS Tangerang Selatan, siswa-siswa itu dikenai biaya SPP sebesar 5 juta rupiah per bulan dan uang pangkal sebesar 15 juta rupiah.
4. SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung
SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung diresmikan pada tahun 1996 dan menempati lahan seluas 27 hektare di lembah Bukit Manglayang, Cibiru, Bandung. Sekolah favorit di kota Bandung ini pernah memperoleh Anugerah Hukum dari Depkum HAM dan gelar sekolah peduli lingkungan dari gubernur Jawa Barat. SMA Terpadu Krida Nusantara memang sekolah umum namun sekolah ini menerapkan sistem pesantren dimana siswa harus tinggal di asrama. Bahkan dalam tiga bulan pertama, siswa dikarantina dan dilarang berhubungan dengan keluarga untuk melatih kemandirian siswa.
Pendidikan di SMA Terpadu Krida Nusantara berbasis teknologi informasi. Siswa-siswa bisa mengunduh materi pelajaran e-learning di situs Krida Nusantara. Siswa juga tidak akan bosan duduk di kelas karena sekolah ini menerapkan Moving Class dimana siswa berpindah ruangan sesuai dengan mata pelajaran. Biaya pendidikan di SMA Terpadu Krida Nusantara ini mencakup uang pangkal sebesar 30 juta rupiah, biaya pakaian seragam sebesar 2,4 juta rupiah, biaya SPP sebesar 2,6 juta rupiah per bulan, dan biaya cuci pakaian sebesar 600 ribu rupiah per semester.
0 comments :
Post a Comment